EVALUASI PENGELOLAAN DESA WISATA GINTANGAN BANYUWANGI SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN COMMUNITY BASED TOURISM
Keywords:
Desa Wisata, Gintangan, Community Based Tourism, EvaluasiAbstract
Desa Wisata Gintangan merupakan desa wisata kreatif di Kabupaten Banyuwangi. Desa wisata ini berkembang karena potensi yang dimiliki oleh masyarakatnya dalam membuat anyaman bamboo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil evaluasi dan katagori Desa Wisata Gintangan Kabupaten Banyuwangi berdasarkan Community Based Tourism (CBT). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, metode pengumpulan data berupa wawancara dengan metode in-depth interview yang dilaksanakan kepada informan yang berkepentingan dalam pengelolaan Desa Wisata Gintangan. Analisis data yang diperoleh dilaksanakan melalui pengumpulan data, verifikasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan berdasarkan prinsip CBT ASEAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa evaluasi terhadap Desa Wisata Gintangan berada pada kategori desa wisata berkembang.
References
Sambodo, Teguh. 2020. Susunan Rencana Pariwisata Nasional, Bappenas Litbang Banyuwangi. https://banyuwangikab.go.id/berita-daerah/susun-rencana-pariwisata-nasional-bappenas-libatkan-banyuwangi. [Diakses 19 Maret 2020].
Yoeti, Oka A, 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradnya
Paramita: Jakarta.
Purmada, Dimas. 2016. Pengelolaan Desa Wisata Dalam Perspektif Community Based Tourism (Studi Kasus Pada Desa Wisata Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang). Jurnal Administrasi Bisnis Vol 32 No. 2 Mei 2018 : 98-104.
Simanungkalit, dkk. (2016). Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau. http://kemenpar.go.id/userfiles/LAPORAN%20KINERJA%20KEMENPAR%. 202016_FINAL.pdf. [Diakses 20 Maret 2020]
Salazar, N. 2012, “Community-based cultural tourism: issues, threats and opportunities”, Journal of Sustainable Tourism, 20(No.1) pp. 9-22.
Mbaiwa, J. E. 2011. Changes on traditional livelihood activities and lifestyles caused by tourism development in the Okavango Delta, Botswana. Tourism Management, 32, pp 1050 – 1060